Bijak Dari Pengalaman

Hidup emang kadang lucu ya?!
Hari ini kita nangis, tapi bisa jadi besok kita justru bujuk temen supaya jangan nangis.
Seperti ada sikap yang inkonsisten. Logisnya, jika hari ini teman kita menangis dengan alasan yang sama dengan tangisan kita kemarin; mustinya kita justru kasih support dia suruh nangis dong.

"Ayo nangis... Nangis aja nggak apa, yang kenceng. Laki - laki emang gitu, suka nggak jalas. Wajar kamu sakit hati. Aku juga gitu. Sama. Nangis aja... Nangis."



Tapi ternyata benar; bahwa manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Ia dibekali akal untuk berfikir. Kejadian yang terjadi tidak serta merta manusia biarkan berlalu begitu saja. Dalam renungan batinnya; manusia selalu berusaha memunguti hikmah yang berserak dari hancurnya perasaan karena suatu kekecewaan. Apakah karena harapan yang tidak terwujud atau karena rasa kecewa yang sepele, tidak bisa makan nasi padang pake rendang; misalnya.

Hal yang nampak seperti sikap inkonsisten tersebut sebenarnya bukan menggambarkan seseorang yang mencla-mencle, tetapi justru ini menunjukan bahwa seseorang tersebut sudah dapat mengambil hikmah yang berserak dari kekecewaan sebelumnya. Ia menjadi pribadi yang lebih baik. Sehingga jika di lain waktu ia menemui seseorang dengan kekecewan yang sama, ia tidak malah memprovokasi. Melainkan menenangkan dengan menunjukan hikmah yang telah ia peroleh.

Lalu..
apakah sikap ini hanya bisa dilakukan jika kita sudah mengalami pengalaman yang sama?

Pada saat tertentu, manusia dituntut perfiikir cepat dan tepat.
Tidak peduli apakah dia sudah berpengalaman atau belum, tetapi ia dituntut untuk bisa menghadapi situasi dengan segera.
Disini-lah peran hati seseorang berperan lebih. Bahwa hatinya harus bekerja sama dengan akal; dituntut menerka dengan peka; membaca situasi tanpa membuta.
Sehingga dalam menghadapi situasi seseorang dapat bersikap sewajarnya, sepantasnya dan seperlunya.

Artinya;
terkadang kita melihat seseorang begitu buruk pada suatu saat. Tetapi di lain waktu dan tempat ia dapat terlihat begitu bijak. Karena terkadang orang bijak bukan benar-benar karena kebijakannya; melainkan karena pengalamannya.

Husnudzan pada orang itu lebih baik, meski ternyata salah. Daripada Suudzan pada orang lain meskipun benar.


Semoga kita senantiasa diberi kebersihan hati dan akal.
Kesehatan lahir juga batin.


0 komentar:

Post a Comment

Others

Wikipedia

Search results

------------------------------------

Powered by Blogger.