Merkurius, Venus dan Bumi
BAB I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang Masalah
Terdapat delapan
planet dalam sistem tata surya. Bumi adalah salah satunya. Tujuh yang lain
adalah Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Yang
terdekat dengan Matahari adalah Merkurius, yang terjauh adalah Neptunus. Bumi
terletak diantara Venus dan Mars serta merupakan planet ketiga yang terdekat
dengan Matahari dan mengorbit dengan jarak rata-rata 149.000 juta kilometer.
Sistem Tata Surya ini merupakan bagian dari Bimasakti, yaitu kumpulan tata
surya yang disebut galaksi.
Planet-planet ini
dibagi menjadi dua bagian, berdasarkan Bumi sebagai pembatas, Yaitu Planet Inferior
dan Superior. Planet Inferior adalah Planet-planet yang orbitnya terletak di
antara orbit bumi dan matahari, Yaitu Merkurius dan Venus. Planet Superior
adalah Planet-planet yang orbitnya berada di luar orbit bumi, Yaitu Mars,
Yupiter, Saturnus, Uranus & Neptunus.
Kita
sebagai penduduk bumi perlu mengenal lebih akrab dengan planet-planet di
sekitar bumi kita ini, agar kita mengerti perbedaan-perbedaan antara planet yang
kita huni dengan planet-planet yang lainnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Dari
manakah nama merkurius itu berasal?
2.
Bagaimanakah
hasil pengamatan ilmuan terhadap planet Merkurius?
3.
Bagaimanakah
komposisi dan permukaan planet Merkurius?
4.
Seperti
apakah atmosfer Merkurius?
5.
Apakah
Venus sama halnya dengan Merkurius yang dapat dilihat dengan mata telanjang?
6.
Bagaimanakah
kondisi permukaan dan atmosfer Venus?
7.
Apa
saja kah bagian-bagian lapisan dan bagaimana keadaan atmosfer Bumi?
8.
Bagaimana
terjadinya hanyutan benua?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Sejarah
penamaan planet Merkurius
Walaupun Merkurius hanyalah planet yang cukup kecil,
Merkurius cukup dekat ke Bumi serta cukup terang untuk dilihat dengan mata
telanjang. Pada puncak kecemerlangannya, Merkurius dapat lebih terang dari Sirius, bintang yang
paling terang dilangit. Sekalipun demikian, Merkurius tidak mudah dilihat,
karena Merkurius selalu berada didekat Matahari dan oleh karena itu tidak
pernah terlihat di kegelapan sempurna. Kita melihatnya sebagai bintang pagi,
rendah di horison di ufuk timur tepat sebelum Matahari terbit, atau sebagai
bintang senja di ufuk barat, segera setelah Matahari terbenam dan sekali lagi
berada rendah di bawah. Apakah Merkurius muncul di pagi hari atau senja, tergantung pada sisi sebelah mana
dari Matahari, jika dipandang dari Bumi.
Jarak 58 juta km adalah jarak Matahari ke Merkurius ,
jarak yang amat dekat untuk ukuran astronomi. Dengan
jarak dengan Bumi sekitar 92.000.000 km. Merkurius
adalah planet di tata surya yang letaknya paling dekat dengan Matahari, yang
sudah diamati sejak zaman Yunani Kuno. Catatan tertua tentang pengamatan planet
ini dibuat oleh Timocharis pada tahun 265 SM. Meskipun demikian, planet ini
sudah dikenal sejak 300 tahun SM, saat bangsa Sumeria dan Mesopotania
memberinya nama Ubu-idim-gud-ud. Setelah itu, bangsa Babilonia
(2.000-1.000 SM) juga melakukan pengamatan pada planet ini. Mereka menyebutnya Nabu
atau Nebu yang merupakan sebutan bagi utusan para dewa dalam mitologi
mereka. Bangsa Yunani Kuno memberi dua nama kepada planet ini, yaitu Apollo
ketika tampak di pagi hari, dan Hermes ketika tampak di sore hari. Akan tetapi,
kemudian mereka menyadari bahwa kedua nama ini merujuk pada objek yang sama.
Yang pertama mengusulkan ini adalah Pythagoras.
Orang Yunani pada zaman Hesiod menamai Merkurius dengan
nama Stilbon dan Hermaon sebab sebelum abad ke-lima sebelum masehi mereka
mengira bahwa Merkurius itu adalah dua benda antariksa yang berbeda, yang satu
hanya tampak pada saat Matahari terbit dan yang satunya lagi hanya tampak
pada saat Matahari terbenam. Dalam budaya Tiongkok, Korea, Jepang dan Vietnam,
Merkurius dinamaakan “Bintang Air”. Orang-orang Ibrani menamakannya
dengan Kokhav Hamah, “Bintang Dari Yang Panas” (yang panas maksudnya
adalah Matahari).
2.
Hasil pengamatan tentang planet Merkurius
Merkurius adalah benda langit yang cukup terang.
Kecerlangannya hanya dikalahkan oleh Matahari, Bulan, Venus, Mars, Yupiter, dan bintang Sirius.
Sayangnya, planet ini agak sulit diamati karena kedudukannya yang sangat dekat
dengan Matahari sehingga cahayanya tenggelam oleh pancaran cahaya Matahari.
Planet ini hanya biasa diamati saat menjelang Matahari
terbit atau setelah Matahari terbenam. Dalam kedudukan elongasi timur,
Merkurius kelihatan di atas horison barat beberapa saat setelah Matahari
terbenam. Saat berelongasi barat, planet ini akan tampak di atas ufuk timur
beberapa saat sebelum matahari terbit. Merkurius kelihatan di langit paling
lama 2 jam sebelum Matahari terbit, atau 2 jam setelah Matahari terbenam
sehingga hanya tampak pada saat langit belum sepenuhnya gelap atau sudah mulai
terang karena sudut elongasi maksimumnya hanya 28◦.
Oleh karena itu, kita sering menyebutnya sebagai BINTANG
PAGI, rendah di horison di ufuk timur tepat sebelum Matahari terbit, atau
sebagai BINTANG SENJA di ufuk barat, segera setelah Matahari terbenam dan sekali
lagi berada rendah di bawah. Apakah Merkurius muncul di pagi hari
atau senja, tergantung pada sisi sebelah mana dari Matahari, jika di pandang
dari Bumi.
Melalui teleskop,
kita mendapatkan informasi kurang akurat mengenai permukaan Merkurius. Sehingga
para astronom harus menunggu hingga planet ini dikunjungi oleh wahana
penjelajah ruang angkasa, Mariner 10, di tahun 1974, sebelum mereka dapat
mempelajari bagaimana rupa Merkurius. Pada kenyataannya, Merkurius begitu
menyerupai Bulan dan ditutupi dengan kawah-kawah yang besar dan kecil. Tetapi,
Merkurius berbeda dari Bulan karena tidak memiliki “laut”, atau maria dan tidak
terlihat memiliki daerah datar. Keistimewaan paling utama dari Merkurius adalah
Basin Carolis besar melingkar yang mungkin disebabkan oleh benturan meteorit
besar di masa lampau.
Pengamatan Merkurius
menggunakan teleskop pertama kali dilakukan oleh galileo pada abad ke-17.
Meskipun demikian, teleskopnya tidak cukup kuat untuk mengamati adanya
fase-fase pada planet ini. Pada tahun 1631, Pierre Gassendi untuk pertama
kalinya melakukan pengamatan transit planet pada Matahari ketika ia mengamati
transit Merkurius, sebagaimana diramalkan Johannes Kepler.
Fase-fase Merkurius
pertama kali diamati oleh Giovannni Zupi pada tahun 1639 ketika ia mengamati
Merkurius menggunakan Teleskop. Peristiwa yang sangat jarang terjadi adalah
peristiwa okultasi ketika dua buah planet tampak segaris pandang saat dilihat
dari Bumi. Pada tanggal 28 Mei 1737, terjadi okultasi Merkurius dan Venus yang
diamati oleh John Benis dari Observatorium Greenwich, dan ini merupakan
satu-satunya catatan peristiwa okultasi Merkurius oleh Venus. Okultasi Venus
berikutnya akan terjadi pada tahun 2133.
Merkurius lebih mudah
diamati di belahan bumi selatan daripada di belahan bumi utara karena berlangsungnya
elongasi barat maksimum terjadi ketika musim gugur mulai berjalan, sedang
elongasi timur maksimum terjadi ketika belahan bumi selatan mencapai penghujung
musim dinginnya. Pada kedua keadaan ini, sudut yang dibentuk Merkurius dengan
ekliptika mencapai maksimum sehingga Merkurius terbit beberapa jam sebelum
Matahari terbit dalam kasus pertama, atau tidak tenggelam beberapa jam setelah
matahari terbenam dalam kasus kedua, dan Merkurius terlihat di daerah-daerah
seperti Selandia Baru atau Argentia. Di daerah belahan bumi utara, keadaan ini
tidak berlangsung. Merkurius tidak pernah berada di atas horizon saat langit
gelap.
Merkurius merupakan
salah satu planet yang susah diamati karena kedudukannya yang sangat dekat
dengan matahari. Oleh sebab itu, Merkurius menjadi planet yang paling sedikit
dipelajari. Pada tahun 1800, Johan Schroter melakukan pengamatan pada permukaan
planet ini dan menyimpulkan bahwa periode orbit planet ini adalah 24 hari (dan
ternyata salah). Dan selanjutnya, pada tahun 1880-an Giovanni Schiaparelli
melakukan pengamatan permukaan Merkurius dengan lebih akurat, dan kemudian
disimpulkan bahwa Merkurius memiliki periode orbit sebesar 88 hari yang sama
dengan periode rotasinya.
Pengamatan juga
dilakukan menggunakan radar, yang cukup banyak memberikan informasi tentang
Merkurius. Pancaran radar dari Bumi yang dipantulkan Merkurius ini memberikan
informasi bahwa planet ini memiliki periode rotasi 59 hari, tepatnya 58,64
hari. Periode ini ternyata 2/3 periode revolusinya. Jadi, Merkurius berotasi
tiga kali selama dua kali revolusinya mengelilingi matahari.
Pengamatan radar
tidak berhasil memperbaiki resolusi pengamatan optik, tetapi berhasil
memperoleh gambaran bahwa permukaan planet ini sebagian besar terdiri dari debu
sampai kedalaman beberapa meter, dan komposisi debu ini sebagian besar adalah
silikat (bahan yang sejenis dengan bahan pembentuk pasir).
Pengetahuan kita
tentang Merkurius berkembang cepat sekali dengan diluncurkannya pesawat tak
berawak Mariner 10 milik Amerika Serikat. Pesawat berbobot kurang lebih
setengah ton ini diluncurkan pada tanggal 3 November 1973, diarahkan ke Venus.
Memanfaatkan gravitasi Venus orbit pesawat ini diubah sehingga tertarik oleh
gravitassi matahari. Mariner 10 pertama kali sampai di dekat Merkurius pada
tanggal 29 Maret 1975 karena dalam orbitnya Mariner 10 mendekati Merkurius
setiap 176 hari. Setelah penerbangannya yang kedua di dekat Merkurius, bahan
bakar Mariner 10 habis, dan akhirnya Mariner 10 hanya tiga kali lewat di dekat
Merkurius dan jarak terdekat yang bias dicapainya hanya 300 km. Jarak ini
dicapai pada perlaluannya yang ketiga dan saat itu Mariner 10 dapat memotret
dengan resolusi sampai 50 m. Meskipun demikian, kita banyak sekali memperoleh
informasi dari Mariner 10.
Ketika Mariner 10
pertama kali melewati Merkurius, pesawat ini berhasil melakukan pemotretan,
menghasilkan lebih dari 1.800 gambar yang kemudian dikirimkannya ke Bumi.
Perlaluannya yang kedua dan ketiga menghasilkan lebih banyak foto planet ini.
Foto-foto yang dikirimkan Mariner 10 sangat membantu usaha para ahli dalam
menyikapi misteri yang menyelubungi Merkurius.
3.
Komposisi
dan permukaan Merkurius
Dari pengaruh
grafitasi Merkurius pada pesawat Meriner 10, massa planet Merkurius ini dapat
dihitung dan didapat, yaitu sebesar 3,29x1023 kg. Kemudian dengan
menghitung lama okultasi, pancaran gelombang radio dari Mariner 10 oleh planet
ini didapat jari-jari Merkurius ini sebesar 2.440 km (0,38 kali jari-jari
Bumi).
Merkurius terdiri
dari 70% logam dan 30% silikat serta mempunyai kepadatan sebesar 5,44
g/cm3 hanya sedikit dibawah kepadatan Bumi. Namun apabila efek
daripada tekanan grafitasi tidak dihitung maka Merkurius lebih pada dari Bumi
dengan kepadatan tak terkompres dari Merkurius 5,3 g/cm3 dan Bumi
hanya 4,4 g/cm3. Dengan grafitasi permukaan 0,38 Bumi,
permukaan yang terkena sinar Matahari suhu rata-rata mencapai 427°C (siang
hari), sedangkan malam hari mencapai -173°C.
Kerapatan Merkurius
yang tinggi bisa dipakai untuk menduga struktur bagian dalamnya. Para ahli
menduga bahwa inti Merkurius cukup besar dan kaya akan besi; berbeda dengan
Bumi yang kerapatannya tinggi karena inti yang sangat mampat. Diperkirakan inti
Merkurius mencakup 43% dari seluruh volume planet ini (Bumi hanya mencakup 17%
saja). Yang menyelubungi ini adalah mantel yang tebalnya sekitar 600 km, dan
masih diselubungi lagi oleh kerak yang tebalnya 100-200 km.
Kandungan zat besi
planet ini merupakan yang terbesar diseluruh Tata Surya, dan sebagian besar
ahli berpendapat bahwa pada awalnya Merkurius memiliki kandungan logam dan
silikat yang sama dengan yang ada pada meteorit, dan memiliki massa sekitar
2,25 kali massanya yang sekarang. Akan tetapi, pada awal sejarahnya, planet ini
dihantam oleh planetesimal sebesar 1/6 massanya pada waktu itu. Hantaman ini
mengakibatkan sebagian besar kerak dan mantelnya terlempar sehingga inti planet
menjadi bagian yang dominan.
Merkurius ternyata
mirip bulan, satelit bumi kita. Dipermukaannya, banyak terdapat kawah akibat
bombardemen meteor yang sangat sering terjadi. Hal ini menyebabkan kawah-kawah
di Merkurius mencapai ratusan kilometer.
Meskipun Merkurius
mirip dengan bulan, tetapi kawah-kawah yang menutupi hamper seluruh permukaan
Merkurius umumnya lebih dangkal daripada kawah di Bulan. Kawah-kawah ini
memiliki ukuran bervariasi, dari beberapa meter hingga ratusan kilometer. Di
antara kawah-kawah, terdapat dataran tertutup lava halus yang dilewati
jurang dan punggung bukit.
Ada juga satu
cekungan yang lebarnya mencapai 1.300 km dan diberi nama Cekungan Caloris.
Cekungan ini terbentuk akibat jatuhnya sebuah asteroid dengan ukuran 100 km
yang menumbuk permukaannya dengan kecepatan 512.000 km/jam. Hantaman ini begitu
besar sehingga mengakibatkan adanya erupsi lava dan memunculkan adanya cincin
konsentris yang mengelilingi kawah tersebut.
Pada titik yang
berlawanan dari daerah Cekungan Caloris ini (titik antipoda) terdapat daerah
yang berbukit-bukit yang sangat aneh bentuknya sehingga disebut sebagai Weird
Terrain (Wilayah Aneh). Para ahli meyakini bahwa gelombang kejut yang
datang dari hantaman planetesimal bergerak ke seluruh penjuru planet. Ketika
terjadi Konvergensi, pada titik antipoda muncul pola-pola permukaan yang aneh
di daerah tersebut.
Secara garis besar,
permukaan Merkurius memiliki dua macam daerah, yaitu daerah yang dipenuhi
dengan kawah, dan daerah dataran tanpa kawah. Daerah penuh kawah ini meliputi
80% dari daerah yang dapat diamati Mariner 10.
Perbedaan permukaan
Merkurius dan Bulan selain pada kecuraman kawah-kawahnya, juga terdapat
perbedaan dalam pemberian nama kawah-kawah tersebut. Kawah-kawah di Bulan
diberi nama menurut nama ilmuan yang berjasa bagi ilmu pengetahuan, seperti
Copernicus, Tycho, Plato, Ptolomeus, dll. Di Merkurius, kawah-kawahnya diberi
nama tokoh dunia sastra dan seni, seperti Goethe, Pushkin, Verdi, Botticelli,
dan sebagainya. Di daerah-daerah berkawah, terdapat kawah dengan diameter 20-30
km. Di antara kawah-kawah ini, ada dataran-dataran tanpa kawah. Dataran-dataran
ini bukan berarti daerah datar sepenuhnya karena di daerah ini ada juga
kawah-kawah dengan diameter kurang dari 10 km, dan jumlah kawahnya jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan daerah berkawah-kawah.
Bombardemen meteorit
bukan satu-satunya pembentuk permukaan Merkurius. Kegiatan vulkanik juga
ikut membentuk pemukaan planet ini, seperti yang terlihat pada
cekungan-cekungan yang terdapat pada permukaannya. Selain itu, terdapat
meander-meander (busur-busur ngarai) yang menandakan pernah terjadinya aliran
lava. Meander-meander ini memiliki dinding dengan ketinggian 200-500 m, tidak
seperti di Bulan yang hanya memiliki ketinggian beberapa puluh meter saja.
4.
Atmosfer
Merkurius
Merkurius, sebagai
planet yang sangat dekat dengan Matahari, tidak memiliki atmosfer tebal akibat
pancaran angin surya yang menimpanya. Planet ini hanya diselubungi gas helium,
natrium dan oksigen yang sangat tipis. Gas ini muncul mungkin karena interaksi
Merkurius dengan angin surya. Tidak adanya pelapukan pada permukaan
merupakan bukti tipisnya atmosfer planet ini; kerapatannya hanya sekian per
miliaran kerapatan atmosfer Bumi.
Walaupun rotasi
Merkurius sangat lambat, planet ini memiliki medan magnet yang cukup kuat dengan
kuat sekitar 1% medan magnet Bumi. Medan magnet Merkurius ini dibangkitkan
dengan cara seperti yang langsung di bumi, yaitu oleh dinamo rotasi bahan logam
yang ada pada intinya. Medan magnet planet ini cukup kuat untuk membelokkan
angin surya yang jatuh disekeliling planet ini dan untuk membentuk sebuah
magnestosfer yang melindungi permukaannya dari angin surya tersebut.
5.
Apakah
Venus sama halnya dengan Merkurius yang dapat dilihat dengan mata telanjang?
Selain Bulan, Venus
adalah objek yang paling terang dilangit malam, Venus bersinar melebihi
planet-planet terang lainnya dengan margin yang cukup besar. Venus memiliki
magnitude maksimum sebesar -4,4, dibandingkan -2,5 untuk Yupiter dan Mars. Sama
seperti Merkurius, Venus dapat terlihat sebagai bintang pagi dan senja. Tetapi,
orbit Venus dapat membawanya lebih jauh dari Matahari dibanding Merkurius, yang
berarti kita dapat melihatnya jauh lebih mudah.
Venus biasanya
terlihat disebelah timur sebelum matahari terbit, sehingga Venus disebut
bintang timur atau bintang pagi. Kadang-kadang Venus juga terlihat disebelah
barat sebelum matahari terbenam, sehingga Venus dinamakan bintang barat,
bintang senja, atau bintang kejora.
Suku Jawa menyebut
benda langit ini sebagai Lintang Panjer Esuk, bintang yang bercahaya di
pagi hari. Yang dimaksud diatas sebenarnya bukan bintang, melainkan planet yang
dekat sekali dengan Bumi, yaitu Venus. Nama ini berasal dari nama Dewi Cinta
dan Kecantikan Bangsa Yunani Kuno. Bangsa Babilonia menyebutnya sebagi Ishtar,
Dewi Cinta, dan personifikasi sifat-sifat perempuan. Mereka sudah merekam
gerakan Venus (yang mereka sebut sebagai Nindaranna) selama 21 tahun
dalam perpustakaan Ashurbanipal. Bangsa Mesir Kuno menyebut Venus yang muncul
di pagi hari dansore hari sebagai dua benda langit yang berbeda, mereka menamai
Tioumoutiri untuk Venus yang terbit di pagi hari, dan Ouaiti
untuk Venus yang terbit di sore hari.
6.
Bagaimanakah
kondisi permukaan dan atmosfer Venus?
Permukaan Venus
ternyata berbeda dengan permukaan Mars dan Bumi. Sementara, permukaan Bumi
hampir separonya berupa lempengan-lempengan benua, sedangkan setengah permukaan
Mars berupa dataran tinggi, Venus didominasi oleh permukaan datar dan
lereng-lereng. Hanya 10% luas permukaan Venus berupa dataran tinggi yang mirip
dengan benua-benua yang ada dipermukaan Bumi.
Daerah-daerah
dipermukaan Venus kebanyakan diberi nama menurut nama-nama Dewi Kecantikan
dalam mitologi banyak bangsa, seperti Aphrodite, Atalanta, Phoebe (Yunani
Kuno), Ishtar (Babilonia), Lakhsmi (India), Sacajawea
(Indian), dan sebagainya. Penamaan ini ada kaitannya dengan nama Venus, Dewi
Kecantikan, sehingga bentuk-bentuk topografi yang ada di permukaan Venus
diambil dari nama-nama Dewi Kecantikan juga, disamping nama-nama tokoh wanita.
Bentuk permukaan yang
menonjol adalah adanya dua dataran tinggi yang kemudian diberi nama Aphrodite
Terra dan Ishtar Terra. Aphrodite Terra merupakan dataran tinggi
seluas Afrika dan membentang sepanjang setengah ekuator. Ishtar Terra seukuran
Australia dan berada pada ketinggian 2 km dari jari-jari rata-rata Venus
(ekuivalen dengan permukaan laut di Bumi). Dibagian Barat dataran tinggi ini,
terdapat plato yang diberi nama Lakshmi Planun yang lebarnya 2.000 km.
Daerah Ishtar Terra ini juga memiliki pegunungan tertinggi diseluruh Venus,
bernama pegunungan Maxwell yang mencapai tinggi 12 km dari jari-jari
rata-rata Venus. Selain itu, disebelah selatan Ishtar Terra terdapat pegunungan
cukup tinggi bernama Alpha dan Betha Regio. Selain terdapat
dataran-dataran tinggi dan pegunungan di Venus terdapat juga lembah-lembah yang
cukup luas, misalnya Atalanta Planitia, Sedna Planitia, Guinevere Planitia,
dan masih ada beberapa lainnya.
Pesawat-pesawat
angkasa Venera 15 dan 16 mengamati adanya bentuk bentuk topografi lain, yaitu
kawah-kawah akibat jatuhnya meteorit ke permukaan Venus. Kedua planet angkasa
ini menemukan kira-kira 150 kawah dengan diameter berkisar antara 20-140 km.
Kawah terbesar yang sudah ditemukan berdiameter 142 km dan diberi nama Klenova.
Pada tahun 1967,
Venera 4 berhasil mengirimkan data dari dalam atmosfer Venus, dan pada saat
yang sama, Mariner 5 mengukur kuat medan magnet Venus. Berbagai peluncuran
terus dilakukan. Hal ini semakin menambah banyak pengetahuan kita tentang
Venus, seperti Mariner 10 yang berhasil memotret puncak-puncak awan Venus dalam
panjang gelombang ultra ungu. Selain itu juga didapati bahwa angin di atmosfer
Venus ini memiliki kecepatan yang sangat tinggi.
Pesawat-pesawat
angkasa Venera 13 dan 14 berhasil mendarat di permukaan Venus. Dari data yang
dikirimkan pesawat-pesawat ini, didapati bahwa Venus adalah planet yang sangat
tidak nyaman untuk di diami makhluk hidup. Venus memiliki temperature permukaan
475°C. Tekanan atmosfer di permukaannya 90 kali tekanan udara yang diterima
permukaan laut di Bumi. Hal ini menyebabkan setelah sampai di
permukaannya pesawat-pesawat angkasa Venera hanya sebentar saja mampu
mengirimkan data ke permukaan bumi. Venera 13 hanya bertahan 6 menit dan Venera
14 hanya bertahan 3,5 menit karena sesudah itu mereka terpanggang oleh panasnya
permukaan Venus yang mampu melelehkan timah hitam.
Atmosfer Venus sangat
berbeda dengan atmosfer bumi karena jauh lebih tebal dan meluas sampai pada
daerah yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di Bumi. Struktur
awannya membuat permukaan Venus tidak mungkin dilihat dari luar atmosfer selain
menunggu nakan radar. Akibatnya, permukaan Venus ini baru dapat dipetakan pada
tahun 1989 dengan diluncurkannya waha Magellan.
Meskipun permukaannya
sangat tidak nyaman untuk didatangi, namun pada ketinggian sekitar 50 km diatas
permukaannya, temperatur dan permukaannya mirip dengan yang ada di bumi
(satu-satunya tempat di tata surya yang keadaannya mirip dengan yang ada di
bumi), dan ada yang mengatakan apabila manusia bumi ingin melakukan
kolonialisasi pada Venus, bagian ini diusulkan menjadi tempat koloni tersebut.
Atmosfer Venus
terbagi menjadi beberapa bagian; bagian terbawah adalah troposfer, strastosfer,
dan termosfer. Lapisan troposfer terdapat sampai pada ketinggian 65 km dari
permukaan Venus, dan stratosfer sampai pada ketinggian 95 km, dan diatasnya
terdapat lapisan termosfer dan eksosfer yang ketinggian sampai ke batas
atmosfer Venus pada jarak 220-250 km dari permukaan Venus.
Komponen utama
atmosfer Venus adalah Karbon dioksida (pertama diamati pada tahun 1932)
ditambah sejumlah kecil nitrogen. Walaupun jumlah nitrogen relativ kecil jika
dibandingkan dengan jumlah karbon dioksida yang ada di atmosfer Venus, tetapi
jumlah nitrogen di kedua planet ini hampir sama. Ini karena atmosfer Venus jauh
lebih mampat dibandingkan dengan atmosfer bumi. Tekanan atmosfer Venus
dipermukaannya 92 kali tekanan atmosfer bumi pada permukaannya, dan ini sama
dengan tekanan yang ditemui pada kedalaman 910 m di bawah permukaan laut.
Atmosfer yang tebal ini juga membuat temperatur siang dan malam hari tidak
terlalu banyak berbeda meskipun rotasi Venus yang lambat membuat satu hari
Venus berlangsung selama 243 hari bumi.
7.
Bagian-bagian
lapisan Bumi
Pusat bumi terdiri
dari inti padat yang sebagian besar terdiri dari besi, sejumlah kecil nikel,
dan unsur-unsur lainnya. Inti terdiri dari inti dalam dan inti luar. Inti luar
berupa lelehan dengan suhu mendekati 3.360°C. Inti dalam mempunyai suhu lebih
tinggi, mendekati 4.530°C, tetapi dipercaya berbentuk padat, atau cenderung
berprilaku padat, disebabkan oleh intensitas tekanan yang dialaminya. Para
ilmuan memperkirakan tekanan yang diterima inti dalam lebih banyak 4-5 juta
kali daripada tekanan yang kita alami dipermukaan bumi. Bersama-sama, inti
dalam dan inti luar menempati 33,5 % dari massa bumi. Mantel berada dibagian
atas dari inti luar, menempati 66 % massa bumi. Mantel pada umumnya berbentuk
padat. Namun, dengan suhu lebih dari 1.300°C, mantel dapat berubah bentuk
secara berlahan-lahan. Lapisan akhir adalah kerak. Lapisan ini membentang
diatas mantel bumi dan jauh lebih tipis dibandingkan lapisan-lapisan yang lain.
Kerak terbagi menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah kerak benua. Kerak benua
membentuk daratan dengan kedalaman antara 30 sampai 50 km. Di beberapa tempat,
ketebalan kerak ini mencapai20 km atau menyembul ke atas permukaan hingga
ketinggian 65 km. Yang kedua adalah kerak transisi. Kerak ini rata-rata mempunyai
ketebalan 15 sampai 30 km. Jenis ketiga adalah kerak samudra yang berada
dibawah permukaan laut. Kerak ini biasanya lebih tipis, ketebalannya berkisar
antara 5 sampai 15 km.
Bumi diselubungi
campuran gas yang biasa kita sebut udara. Udara merupakan zat yang sangat
penting untuk menunjang kehidupan seluruh makhluk diseluruh bumi. Udara atau
atmosfer terdiri dari campuran bermacam-macam gas. Nitrogen merupakan gas yang
paling banyak terdapat (78%). Gas yang kelimpahannya berada dibawah nitrogen
adalah oksigen (21%), kemudian diikuti dengan gas-gas lain, seperti argon,
karbon dioksida, uap air, dan sebagainya. Kelimpahan unsur-unsur dibumi berbeda
dengan kelimpahan di planet-planet lain.
Oksigen yang
terdapaat di atmosfer bumi erat kaitannya dengan adanya tetumbuhan di bumi.
Mereka membangun jaringan-jaringan yang menyusun tubuh mereka dari air dan
karbon dioksida dengan melepaskan oksigen melalui proses yang disebut
fotosintesis karena mendapatkan tenaganya dari matahari.
Temperatur atmosfer
berubah terhadap ketinggian dari permukaan bumi, tetapi pola perubahan ini
tidak selalu sama. Berdasarkan pada pola perubahan temperatur terhadap
ketinggian ini, para ahli membagi-bagi atmosfer menjadi beberapa lapisan, yaitu
lapisan troposfer, stratosfer, termosfer dan eksosfer.
8.
Terjadinya
hanyutan benua.
Kerak bumi tidak
hanya terdiri dari satu bagianmelainkan terdiri dari sejumlah kepingan raksasa
yang bergerak perlahan mengelilingi permukaan planet ini. Kepingan ini disebut lempeng
dan digerakkan oleh arus konveksi yang diciptakan oleh panas dari dalam inti.
Panas ini mendorong mantel naik ke permukaan dan dapat juga amblas sehingga
menyebabkan lempeng diatasnya terus bergerak.
Gagasan bahwa
benua-benua mengambang pertama kali diusulkan oleh Alfred Wegener
(1880-1930) pada tahun 1915 dalam bukunya The Origin Of Continents and
Oceans. Ia menyatakan bahwa semua benua bergerak relative satu sama lain
dengan kecepatan beberapa cm/tahun. Pada awalhnya, gagasan Wegener tidak diterima
masyarakat ilmiah pada waktu itu, tetapi dengan semakin banyaknya bukti yang
terkumpul, akhirnya teori ini dikena; dengan teori tektonik lempeng menjadi
satu-satunya teori yang paling memuaskan.
Memperhatikan peta
dunia, khususnya Benua Amerika Selatan dan Afrika, kita akan melihat bahwa jika
kedua benua itu disatukan akan cocok seperti pada permainan jigsaw puzzle.
Hal ini memunculkan dugaan bahwa kedua benua itu dulu mungkin pernah bersatu.
Kenyataannya memang demikian setelah para ahli menemukan fosil-fosil sejenis
yang ditemukan di Afrika bagian selatan dan Brasil.
Berdasarkan para ahli
menggunakan data medan magnet dan struktur geologi dari berbagai tempat di
seluruh dunia akhirnya ditetapkan bahwa lempeng-lempeng tektonik utama yang ada
di seluruh dunia adalah;
·
Lempeng
Afrika, lempeng benua,
·
Lempeng
Antartika, lempeng benua,
·
Lempeng
Australia, lempeng benua
·
Lempeng
Erasia, lempeng benua
·
Lempeng
Amerika (meliputi Amerika Utara dan Siberia Timur Laut), lempeng benua,
·
Lempeng
Amerika Selatan, lempeng benua,
·
Lempeng
Pasifik, lempeng samudra.
Disamping
lempeng-lempeng utama ini juga terdapat lempeng-lempeng kecil, yaitu Lempeng
India, Lempeng Arab, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, dan Lempeng Scotia.
Ada tiga cara
bagaimana lempeng-lempeng ini bergerak satu sama lain,yaitu saling bertumbukan,
bergesekkan satu sama lain, atau bergerak saling menjauh. Pada lempeng yang
bergesekkan,gaya gesekkan ini akan mengakibatkan gaya tegangan yang energy
potensialnya semakin meningkat, dan pada suatu saat akan dilepaskan lalu muncul
gempa bumi.
Pada lempeng yang
bergerak saling menjauhkan diri, perbatasan kedua lempeng ini merupakan
tempat munculnya lapisan-lapisan baru pembentuk permukaan yang datang
dari dalam bumi.
Untuk lempeng-lempeng
yang bergerak saling mendekat, hasil proses tumbukan ini berbeda, bergantung
pada litosfer yang saling bertumbukan ini. Bilamana suatu lempeng samudra yang
mampat bertumbukan dengan lempeng benua yang kurang mampat, lempeng samudra
akan bergerak kebawah lempeng benua karena lempeng benua memiliki daya apung
yang lebih besar dan membentuk suatu daerah penunjaman (subduction zone).
Gejala ini tampak sebagai suatu palung pada daerah lempeng samudra dan
pegunungan pada lempeng benua.
Bilamana dua lempeng
samudra saling bertumbukkan, maka muncullah satu busur pulau gunung api akibat
melelehnya lempeng yang mengalami penunjaman.
Dengan menelusur ke
belakang pada proses pergerakkan lempeng ini, para ahli menyimpulkan bahwa
Benua Afrika dan Amerika Selatan bersatu sekitar 250 juta tahun yang lalu.
Bukan hanya Amerika Selatan saja yang bersatu, tetapi semua benua bergabung
menjadi satu benua raksasa yang bernama Pangaea dan dikelilingi lautan
maha luas yang diberi nama Panthalassa.Proses pecahnya benua-benua
dimulai dengan memisahkan Lempeng Erasia dan Amerika Utara yang waktu bersatu
dinamakan Lempeng Laurasia. Bagian lain yang memisahkan diri adalah bagian yang
nantinya menjadi Amerika Selatan, Afrika, Antartika dan Australia, dan daerah
ini bersama-sama dinamakan daerah Gondwana.
Pergerakan benua
sulit teramati dalam kurun waktu kehidupan manusia karena begitu lambatnya.
Untuk mengamati pergerakan ini diperlukan kesabaran dan ketelitian amat tinggi.
Pada tahun 1971 dan tahun 1992, NASA meluncurkan satelit yang bernama LAGEOS (Laser
Geodynamic Saatellite). Satelit ini dilengkapi alat yang mampu mengamati
pergerakan kerak bumi. Secara berkala, satelit ini merekam situasi bumi pada
waktu-waktu tertentu karena dirancang untuk kuat bertahan selama 8 juta tahun
di angkasa. Dimasa yang akan datang, anak cucu kita akan dapat mengamati
perkembangan pergerakkan kerak bumi dari waktu ke waktu.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Planet Merkurius dan
Venus memiliki nama atau julukan masing-masing yang berdasarkan pada dewa-dewa
pada masa itu. Merkurius dan Venus merupakan dua buah planet yang dapat kita
lihat dengan mata telanjang. Permukaan Planet Merkurius didominasi oleh logam
sebanyak 70% dan kandungan zat besinya merupakan yang terbesar diseluruh tata
surya. Merkurius ternyata mirip bulan yang permukaannya terdapat kawah-kawah
akibat bombarden. Secara garis besar, permukaan Merkurius memiliki dua macam
daerah, yaitu daerah yang dipenuhi dengan kawah, dan daerah dataran tanpa
kawah. Daerah penuh kawah ini meliputi 80% dari daerah yang dapat diamati
Mariner 10.
Venus didominasi oleh
permukaan datar dan lereng-lereng. Hanya 10% luas permukaan Venus berupa
dataran tinggi yang mirip dengan benua-benua yang ada dipermukaan Bumi. Bentuk
permukaan yang menonjol adalah adanya dua dataran tinggi yang kemudian diberi
nama Aphrodite Terra dan Ishtar Terra.
Atmosfer Venus sangat
berbeda dengan atmosfer bumi karena jauh lebih tebal dan meluas sampai pada
daerah yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di Bumi. Struktur
awannya membuat permukaan Venus tidak mungkin dilihat dari luar atmosfer selain
menunggu nakan radar. Akibatnya, permukaan Venus ini baru dapat dipetakan pada
tahin 1989 dengan diluncurkannya waha Magellan. Tetapi pada ketinggian sekitar
50 km diatas permukaannya, temperature dan permukaannya mirip dengan yang ada
di bumi (satu-satunya tempat di tata surya yang keadaannya mirip dengan yang
ada di bumi), dan ada yang mengatakan apabila manusia bumi ingin melakukan
kolonialisasi pada Venus, bagian ini diusulkan menjadi tempat koloni tersebut.
Atmosfer Venus terbagi menjadi beberapa bagian; bagian terbawah adalah
troposfer, strastosfer, dan termosfer.
Bumi diselubungi
campuran gas yang biasa kita sebut udara. Nitrogen merupakan gas yang paling
banyak terdapat (78%). Gas yang kelimpahannya berada dibawah nitrogen adalah
oksigen (21%), kemudian diikuti dengan gas-gas lain, seperti argon, karbon
dioksida, uap air, dan sebagainya. Kelimpahan unsur-unsur dibumi berbeda dengan
kelimpahan di planet-planet lain.
Berdasarkan pada pola
perubahan temperatur terhadap ketinggian ini, para ahli membagi-bagi atmosfer
menjadi beberapa lapisan, yaitu lapisan troposfer, stratosfer, termosfer dan
eksosfer.
Pusat bumi terdiri
dari inti padat yang sebagian besar terdiri dari besi, sejumlahkecil nikel, dan
unsur-unsur lainnya. Inti terdiri dari inti dalam dan inti luar. Kerak bumi
tidak hanya terdiri dari satu bagian melainkan terdiri dari sejumlah kepingan
raksasa yang bergerak perlahan mengelilingi permukaan planet ini. Kepingan ini
disebut lempeng dan digerakkan oleh arus konveksi yang diciptakan oleh panas
dari dalam inti. Panas ini mendorong mantel naik ke permukaan dan dapat juga
amblas sehingga menyebabkan lempeng diatasnya terus bergerak. Ada tiga cara
bagaimana lempeng-lempeng ini bergerak satu sama lain,yaitu saling bertumbukan,
bergesekkan satu sama lain, atau bergerak saling menjauh. Pada lempeng yang
bergesekkan,gaya gesekkan ini akan mengakibatkan gaya tegangan yang energy
potensialnya semakin meningkat, dan pada suatu saat akan dilepaskan lalu muncul
gempa bumi.
B.
Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami tuliskan. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena iktu kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya, kemudian kritik dan saran kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah-makalah kami yang selanjutnya. Meskipun makalah ini jauh
dari kesempurnaan, semoga makalah inni tetap dapat member manfaat dan
keberkahan kepada kita semua. Amiin…
DAFTAR
PUSTAKA
Susiloningtyas, Dewi, Dartoyo, Ary,
Kartika, Emmy, E.encyclopedia Sains, jilid 1 ( Jakarta : PT Lentera
Abadi)
Admiranto, A. Gunawan, Menjelajahi
Tata Surya, ( Yogyakarta : Kansius, 2013)
Hambali, Slamet, Pengantar Ilmu
Falak, ( Banyuwangi : Bismillah Publisher, 2012)
Kerrod,Robbin, Astronomi, (
Jakarta : Penerbit Erlangga, 2013)
Wulandari Damaring Tyas, Raharjo Broto,
E.encyclopedia Sains, ( Jakarta : Penerbit Erlangga, 2011 )
Robbin
Kerrod, Astronomi, hlm;124
A.
Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata
Surya, hlm;46
Slamet
Hambali, Pengantar Ilmu Falak, hlm;125
A. Gunawan Admiranto, Ibid
Slamet Hambali, Op.cit, hlm;124
A. Gunawan Admiranto, Op.cit, hlm;46
Robbin
Kerrod, ibid
Robbin
Kerrod, Op.cit,
hlm;125
A.
Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;46-49
A.
Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;50
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak,
hlm;126
A.
Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;51
A.
Gunawan Admiranto, ibid
Damaring
Tyas Wulandari, Broto Raharjo, E.encyclopedia Sains, hlm;174
A.
Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm; 51-53
A.
Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm; 53
Robbin
Kerrod, Astronomi, hlm 126
Slamet
Hambali, Pengantar Ilmu Falak, hlm;127
A.
Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;57
A.
Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm; 61-62
A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata
Surya, hlm;63-64
A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi
Tata Surya, hlm;67-68
Dewi
Susiloningtyas, Ary Dartoyo, Emmy Kartika, Ensiklopedia Geografi, hlm;125
A.
Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;84
A.
Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;86-88
Dewi
Susiloningtyas, Ary Dartoyo, Emmy Kartika, Ensiklopedia Geografi, hlm;127
A.
Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;81-84
0 komentar:
Post a Comment