Merkurius, Venus dan Bumi


Merkurius, Venus dan Bumi

BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah
Terdapat delapan planet dalam sistem tata surya. Bumi adalah salah satunya. Tujuh yang lain adalah Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Yang terdekat dengan Matahari adalah Merkurius, yang terjauh adalah Neptunus. Bumi terletak diantara Venus dan Mars serta merupakan planet ketiga yang terdekat dengan Matahari dan mengorbit dengan jarak rata-rata 149.000 juta kilometer. Sistem Tata Surya ini merupakan bagian dari Bimasakti, yaitu kumpulan tata surya yang disebut galaksi.
Planet-planet ini dibagi menjadi dua bagian, berdasarkan Bumi sebagai pembatas, Yaitu Planet Inferior dan Superior. Planet Inferior adalah Planet-planet yang orbitnya terletak di antara orbit bumi dan matahari, Yaitu Merkurius dan Venus. Planet Superior adalah Planet-planet yang orbitnya berada di luar orbit bumi, Yaitu Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus & Neptunus.
Kita sebagai penduduk bumi perlu mengenal lebih akrab dengan planet-planet di sekitar bumi kita ini, agar kita mengerti perbedaan-perbedaan antara planet yang kita huni dengan planet-planet yang lainnya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Dari manakah nama merkurius itu berasal?
2.      Bagaimanakah hasil pengamatan ilmuan terhadap planet Merkurius?
3.      Bagaimanakah komposisi dan permukaan planet Merkurius?
4.      Seperti apakah atmosfer Merkurius?
5.      Apakah Venus sama halnya dengan Merkurius yang dapat dilihat dengan mata telanjang?
6.      Bagaimanakah kondisi permukaan dan atmosfer Venus?
7.      Apa saja kah bagian-bagian lapisan dan bagaimana keadaan atmosfer Bumi?
8.      Bagaimana terjadinya hanyutan benua?

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Sejarah penamaan planet Merkurius

Walaupun Merkurius hanyalah planet yang cukup kecil, Merkurius cukup dekat ke Bumi serta cukup terang untuk dilihat dengan mata telanjang. Pada puncak kecemerlangannya, Merkurius dapat lebih terang dari Sirius, bintang yang paling terang dilangit. Sekalipun demikian, Merkurius tidak mudah dilihat, karena Merkurius selalu berada didekat Matahari dan oleh karena itu tidak pernah terlihat di kegelapan sempurna. Kita melihatnya sebagai bintang pagi, rendah di horison di ufuk timur tepat sebelum Matahari terbit, atau sebagai bintang senja di ufuk barat, segera setelah Matahari terbenam dan sekali lagi berada rendah di bawah. Apakah Merkurius muncul di pagi hari atau senja, tergantung pada sisi sebelah mana dari Matahari, jika dipandang dari Bumi.

Jarak 58 juta km adalah jarak Matahari ke Merkurius , jarak yang amat dekat untuk ukuran astronomi. Dengan jarak dengan Bumi sekitar 92.000.000 km. Merkurius adalah planet di tata surya yang letaknya paling dekat dengan Matahari, yang sudah diamati sejak zaman Yunani Kuno. Catatan tertua tentang pengamatan planet ini dibuat oleh Timocharis pada tahun 265 SM. Meskipun demikian, planet ini sudah dikenal sejak 300 tahun SM, saat bangsa Sumeria dan Mesopotania memberinya nama Ubu-idim-gud-ud. Setelah itu, bangsa Babilonia (2.000-1.000 SM) juga melakukan pengamatan pada planet ini. Mereka menyebutnya Nabu atau Nebu yang merupakan sebutan bagi utusan para dewa dalam mitologi mereka. Bangsa Yunani Kuno memberi dua nama kepada planet ini, yaitu Apollo ketika tampak di pagi hari, dan Hermes ketika tampak di sore hari. Akan tetapi, kemudian mereka menyadari bahwa kedua nama ini merujuk pada objek yang sama. Yang pertama mengusulkan ini adalah Pythagoras.

Orang Yunani pada zaman Hesiod menamai Merkurius dengan nama Stilbon dan Hermaon sebab sebelum abad ke-lima sebelum masehi mereka mengira bahwa Merkurius itu adalah dua benda antariksa yang berbeda, yang satu hanya tampak pada saat  Matahari terbit dan yang satunya lagi hanya tampak pada saat Matahari terbenam. Dalam budaya Tiongkok, Korea, Jepang dan Vietnam, Merkurius dinamaakan “Bintang Air”. Orang-orang Ibrani menamakannya dengan Kokhav Hamah, “Bintang Dari Yang Panas” (yang panas maksudnya adalah Matahari).

2.      Hasil pengamatan tentang planet Merkurius

Merkurius adalah benda langit yang cukup terang. Kecerlangannya hanya dikalahkan oleh Matahari, Bulan, Venus, Mars, Yupiter, dan bintang Sirius. Sayangnya, planet ini agak sulit diamati karena kedudukannya yang sangat dekat dengan Matahari sehingga cahayanya tenggelam oleh pancaran cahaya Matahari.

Planet ini hanya biasa diamati saat menjelang Matahari terbit atau setelah Matahari terbenam. Dalam kedudukan elongasi timur, Merkurius kelihatan di atas horison barat beberapa saat setelah Matahari terbenam. Saat berelongasi barat, planet ini akan tampak di atas ufuk timur beberapa saat sebelum matahari terbit. Merkurius kelihatan di langit paling lama 2 jam sebelum Matahari terbit, atau 2 jam setelah Matahari terbenam sehingga hanya tampak pada saat langit belum sepenuhnya gelap atau sudah mulai terang karena sudut elongasi maksimumnya hanya 28.

Oleh karena itu, kita sering menyebutnya sebagai BINTANG PAGI, rendah di horison di ufuk timur tepat sebelum Matahari terbit, atau sebagai BINTANG SENJA di ufuk barat, segera setelah Matahari terbenam dan sekali lagi berada rendah di bawah. Apakah Merkurius muncul di pagi hari atau senja, tergantung pada sisi sebelah mana dari Matahari, jika di pandang dari Bumi.

Melalui teleskop, kita mendapatkan informasi kurang akurat mengenai permukaan Merkurius. Sehingga para astronom harus menunggu hingga planet ini dikunjungi oleh wahana penjelajah ruang angkasa, Mariner 10, di tahun 1974, sebelum mereka dapat mempelajari bagaimana rupa Merkurius. Pada kenyataannya, Merkurius begitu menyerupai Bulan dan ditutupi dengan kawah-kawah yang besar dan kecil. Tetapi, Merkurius berbeda dari Bulan karena tidak memiliki “laut”, atau maria dan tidak terlihat memiliki daerah datar. Keistimewaan paling utama dari Merkurius adalah Basin Carolis besar melingkar yang mungkin disebabkan oleh benturan meteorit besar di masa lampau.
                                                                                                         
Pengamatan Merkurius menggunakan teleskop pertama kali dilakukan oleh galileo pada abad ke-17. Meskipun demikian, teleskopnya tidak cukup kuat untuk mengamati adanya fase-fase pada planet ini. Pada tahun 1631, Pierre Gassendi untuk pertama kalinya melakukan pengamatan transit planet pada Matahari ketika ia mengamati transit Merkurius, sebagaimana diramalkan Johannes Kepler.
                                                                                  
Fase-fase Merkurius pertama kali diamati oleh Giovannni Zupi pada tahun 1639 ketika ia mengamati Merkurius menggunakan Teleskop. Peristiwa yang sangat jarang terjadi adalah peristiwa okultasi ketika dua buah planet tampak segaris pandang saat dilihat dari Bumi. Pada tanggal 28 Mei 1737, terjadi okultasi Merkurius dan Venus yang diamati oleh John Benis dari Observatorium Greenwich, dan ini merupakan satu-satunya catatan peristiwa okultasi Merkurius oleh Venus. Okultasi Venus berikutnya akan terjadi pada tahun 2133.

Merkurius lebih mudah diamati di belahan bumi selatan daripada di belahan bumi utara karena berlangsungnya elongasi barat maksimum terjadi ketika musim gugur mulai berjalan, sedang elongasi timur maksimum terjadi ketika belahan bumi selatan mencapai penghujung musim dinginnya. Pada kedua keadaan ini, sudut yang dibentuk Merkurius dengan ekliptika mencapai maksimum sehingga Merkurius terbit beberapa jam sebelum Matahari terbit dalam kasus pertama, atau tidak tenggelam beberapa jam setelah matahari terbenam dalam kasus kedua, dan Merkurius terlihat di daerah-daerah seperti Selandia Baru atau Argentia. Di daerah belahan bumi utara, keadaan ini tidak berlangsung. Merkurius tidak pernah berada di atas horizon saat langit gelap.

Merkurius merupakan salah satu planet yang susah diamati karena kedudukannya yang sangat dekat dengan matahari. Oleh sebab itu, Merkurius menjadi planet yang paling sedikit dipelajari. Pada tahun 1800, Johan Schroter melakukan pengamatan pada permukaan planet ini dan menyimpulkan bahwa periode orbit planet ini adalah 24 hari (dan ternyata salah). Dan selanjutnya, pada tahun 1880-an Giovanni Schiaparelli melakukan pengamatan permukaan Merkurius dengan lebih akurat, dan kemudian disimpulkan bahwa Merkurius memiliki periode orbit sebesar 88 hari yang sama dengan periode rotasinya.

Pengamatan juga dilakukan menggunakan radar, yang cukup banyak memberikan informasi tentang Merkurius. Pancaran radar dari Bumi yang dipantulkan Merkurius ini memberikan informasi bahwa planet ini memiliki periode rotasi 59 hari, tepatnya 58,64 hari. Periode ini ternyata 2/3 periode revolusinya. Jadi, Merkurius berotasi tiga kali selama dua kali revolusinya mengelilingi matahari.

Pengamatan radar tidak berhasil memperbaiki resolusi pengamatan optik, tetapi berhasil memperoleh gambaran bahwa permukaan planet ini sebagian besar terdiri dari debu sampai kedalaman beberapa meter, dan komposisi debu ini sebagian besar adalah silikat (bahan yang sejenis dengan bahan pembentuk pasir).

Pengetahuan kita tentang Merkurius berkembang cepat sekali dengan diluncurkannya pesawat tak berawak Mariner 10 milik Amerika Serikat. Pesawat berbobot kurang lebih setengah ton ini diluncurkan pada tanggal 3 November 1973, diarahkan ke Venus. Memanfaatkan gravitasi Venus orbit pesawat ini diubah sehingga tertarik oleh gravitassi matahari. Mariner 10 pertama kali sampai di dekat Merkurius pada tanggal 29 Maret 1975 karena dalam orbitnya Mariner 10 mendekati Merkurius setiap 176 hari. Setelah penerbangannya yang kedua di dekat Merkurius, bahan bakar Mariner 10 habis, dan akhirnya Mariner 10 hanya tiga kali lewat di dekat Merkurius dan jarak terdekat yang bias dicapainya hanya 300 km. Jarak ini dicapai pada perlaluannya yang ketiga dan saat itu Mariner 10 dapat memotret dengan resolusi sampai 50 m. Meskipun demikian, kita banyak sekali memperoleh informasi dari Mariner 10.

Ketika Mariner 10 pertama kali melewati Merkurius, pesawat ini berhasil melakukan pemotretan, menghasilkan lebih dari 1.800 gambar yang kemudian dikirimkannya ke Bumi. Perlaluannya yang kedua dan ketiga menghasilkan lebih banyak foto planet ini. Foto-foto yang dikirimkan Mariner 10 sangat membantu usaha para ahli dalam menyikapi misteri yang menyelubungi Merkurius.

3.      Komposisi dan permukaan Merkurius

Dari pengaruh grafitasi Merkurius pada pesawat Meriner 10, massa planet Merkurius ini dapat dihitung dan didapat, yaitu sebesar 3,29x1023 kg. Kemudian dengan menghitung lama okultasi, pancaran gelombang radio dari Mariner 10 oleh planet ini didapat  jari-jari Merkurius ini sebesar 2.440 km (0,38 kali jari-jari Bumi).

Merkurius terdiri dari  70% logam dan 30% silikat serta mempunyai kepadatan sebesar 5,44 g/cm3 hanya sedikit dibawah kepadatan Bumi. Namun apabila efek daripada tekanan grafitasi tidak dihitung maka Merkurius lebih pada dari Bumi dengan kepadatan tak terkompres dari Merkurius 5,3 g/cm3 dan Bumi hanya 4,4 g/cm3. Dengan grafitasi permukaan  0,38 Bumi, permukaan yang terkena sinar Matahari suhu rata-rata mencapai 427°C (siang hari), sedangkan malam hari mencapai -173°C.

Kerapatan Merkurius yang tinggi bisa dipakai untuk menduga struktur bagian dalamnya. Para ahli menduga bahwa inti Merkurius cukup besar dan kaya akan besi; berbeda dengan Bumi yang kerapatannya tinggi karena inti yang sangat mampat. Diperkirakan inti Merkurius mencakup 43% dari seluruh volume planet ini (Bumi hanya mencakup 17% saja). Yang menyelubungi ini adalah mantel yang tebalnya sekitar 600 km, dan masih diselubungi lagi oleh kerak yang tebalnya 100-200 km.

Kandungan zat besi planet ini merupakan yang terbesar diseluruh Tata Surya, dan sebagian besar ahli berpendapat bahwa pada awalnya Merkurius memiliki kandungan logam dan silikat yang sama dengan yang ada pada meteorit, dan memiliki massa sekitar 2,25 kali massanya yang sekarang. Akan tetapi, pada awal sejarahnya, planet ini dihantam oleh planetesimal sebesar 1/6 massanya pada waktu itu. Hantaman ini mengakibatkan sebagian besar kerak dan mantelnya terlempar sehingga inti planet menjadi bagian yang dominan.

Merkurius ternyata mirip bulan, satelit bumi kita. Dipermukaannya, banyak terdapat kawah akibat bombardemen meteor yang sangat sering terjadi. Hal ini menyebabkan kawah-kawah di Merkurius mencapai ratusan kilometer.

Meskipun Merkurius mirip dengan bulan, tetapi kawah-kawah yang menutupi hamper seluruh permukaan Merkurius umumnya lebih dangkal daripada kawah di Bulan. Kawah-kawah ini memiliki ukuran bervariasi, dari beberapa meter hingga ratusan kilometer. Di antara kawah-kawah, terdapat dataran tertutup lava halus yang  dilewati jurang dan punggung bukit.

Ada juga satu cekungan yang lebarnya mencapai 1.300 km dan diberi nama Cekungan Caloris. Cekungan ini terbentuk akibat jatuhnya sebuah asteroid dengan ukuran 100 km yang menumbuk permukaannya dengan kecepatan 512.000 km/jam. Hantaman ini begitu besar sehingga mengakibatkan adanya erupsi lava dan memunculkan adanya cincin konsentris yang mengelilingi kawah tersebut.

Pada titik yang berlawanan dari daerah Cekungan Caloris ini (titik antipoda) terdapat daerah yang berbukit-bukit yang sangat aneh bentuknya sehingga disebut sebagai Weird Terrain (Wilayah Aneh). Para ahli meyakini bahwa gelombang kejut yang datang dari hantaman planetesimal bergerak ke seluruh penjuru planet. Ketika terjadi Konvergensi, pada titik antipoda muncul pola-pola permukaan yang aneh di daerah tersebut.

Secara garis besar, permukaan Merkurius memiliki dua macam daerah, yaitu daerah yang dipenuhi dengan kawah, dan daerah dataran tanpa kawah. Daerah penuh kawah ini meliputi 80% dari daerah yang dapat diamati Mariner 10.

Perbedaan permukaan Merkurius dan Bulan selain pada kecuraman kawah-kawahnya, juga terdapat perbedaan dalam pemberian nama kawah-kawah tersebut. Kawah-kawah di Bulan diberi nama menurut nama ilmuan yang berjasa bagi ilmu pengetahuan, seperti Copernicus, Tycho, Plato, Ptolomeus, dll. Di Merkurius, kawah-kawahnya diberi nama tokoh dunia sastra dan seni, seperti Goethe, Pushkin, Verdi, Botticelli, dan sebagainya. Di daerah-daerah berkawah, terdapat kawah dengan diameter 20-30 km. Di antara kawah-kawah ini, ada dataran-dataran tanpa kawah. Dataran-dataran ini bukan berarti daerah datar sepenuhnya karena di daerah ini ada juga kawah-kawah dengan diameter kurang dari 10 km, dan jumlah kawahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan daerah berkawah-kawah.

Bombardemen meteorit bukan satu-satunya pembentuk permukaan  Merkurius. Kegiatan vulkanik juga ikut membentuk pemukaan planet ini, seperti yang terlihat pada cekungan-cekungan yang terdapat pada permukaannya. Selain itu, terdapat meander-meander (busur-busur ngarai) yang menandakan pernah terjadinya aliran lava. Meander-meander ini memiliki dinding dengan ketinggian 200-500 m, tidak seperti di Bulan yang hanya memiliki ketinggian beberapa puluh meter saja.

4.      Atmosfer Merkurius

Merkurius, sebagai planet yang sangat dekat dengan Matahari, tidak memiliki atmosfer tebal akibat pancaran angin surya yang menimpanya. Planet ini hanya diselubungi gas helium, natrium dan oksigen yang sangat tipis. Gas ini muncul mungkin karena interaksi Merkurius dengan angin  surya. Tidak adanya pelapukan pada permukaan merupakan bukti tipisnya atmosfer planet ini; kerapatannya hanya sekian per miliaran kerapatan atmosfer Bumi.

Walaupun rotasi Merkurius sangat lambat, planet ini memiliki medan magnet yang cukup kuat dengan kuat sekitar 1% medan magnet Bumi. Medan magnet Merkurius ini dibangkitkan dengan cara seperti yang langsung di bumi, yaitu oleh dinamo rotasi bahan logam yang ada pada intinya. Medan magnet planet ini cukup kuat untuk membelokkan angin surya yang jatuh disekeliling planet ini dan untuk membentuk sebuah magnestosfer yang melindungi permukaannya dari angin surya tersebut.

5.      Apakah Venus sama halnya dengan Merkurius yang dapat dilihat dengan mata telanjang?

Selain Bulan, Venus adalah objek yang paling terang dilangit malam, Venus bersinar melebihi planet-planet terang lainnya dengan margin yang cukup besar. Venus memiliki magnitude maksimum sebesar -4,4, dibandingkan -2,5 untuk Yupiter dan Mars. Sama seperti Merkurius, Venus dapat terlihat sebagai bintang pagi dan senja. Tetapi, orbit Venus dapat membawanya lebih jauh dari Matahari dibanding Merkurius, yang berarti kita dapat melihatnya jauh lebih mudah. 

Venus biasanya terlihat disebelah timur sebelum matahari terbit, sehingga Venus disebut bintang timur atau bintang pagi. Kadang-kadang Venus juga terlihat disebelah barat sebelum matahari terbenam, sehingga Venus dinamakan bintang barat, bintang senja, atau bintang kejora.

Suku Jawa menyebut benda langit ini sebagai Lintang Panjer Esuk, bintang yang bercahaya di pagi hari. Yang dimaksud diatas sebenarnya bukan bintang, melainkan planet yang dekat sekali dengan Bumi, yaitu Venus. Nama ini berasal dari nama Dewi Cinta dan Kecantikan Bangsa Yunani Kuno. Bangsa Babilonia menyebutnya sebagi Ishtar, Dewi Cinta, dan personifikasi sifat-sifat perempuan. Mereka sudah merekam gerakan Venus (yang mereka sebut sebagai Nindaranna) selama 21 tahun dalam perpustakaan Ashurbanipal. Bangsa Mesir Kuno menyebut Venus yang muncul di pagi hari dansore hari sebagai dua benda langit yang berbeda, mereka menamai Tioumoutiri untuk Venus yang terbit di pagi hari, dan Ouaiti untuk Venus yang terbit di sore hari.

6.      Bagaimanakah kondisi permukaan dan atmosfer Venus?

Permukaan Venus ternyata berbeda dengan permukaan Mars dan Bumi. Sementara, permukaan Bumi hampir separonya berupa lempengan-lempengan benua, sedangkan setengah permukaan Mars berupa dataran tinggi, Venus didominasi oleh permukaan datar dan lereng-lereng. Hanya 10% luas permukaan Venus berupa dataran tinggi yang mirip dengan benua-benua yang ada dipermukaan Bumi.

Daerah-daerah dipermukaan Venus kebanyakan diberi nama menurut nama-nama Dewi Kecantikan dalam mitologi banyak bangsa, seperti Aphrodite, Atalanta, Phoebe (Yunani Kuno), Ishtar (Babilonia), Lakhsmi (India), Sacajawea (Indian), dan sebagainya. Penamaan ini ada kaitannya dengan nama Venus, Dewi Kecantikan, sehingga bentuk-bentuk topografi yang ada di permukaan Venus diambil dari nama-nama Dewi Kecantikan juga, disamping nama-nama tokoh wanita.

Bentuk permukaan yang menonjol adalah adanya dua dataran tinggi yang kemudian diberi nama Aphrodite Terra dan Ishtar Terra. Aphrodite Terra merupakan dataran tinggi seluas Afrika dan membentang sepanjang setengah ekuator. Ishtar Terra seukuran Australia dan berada pada ketinggian 2 km dari jari-jari rata-rata Venus (ekuivalen dengan permukaan laut di Bumi). Dibagian Barat dataran tinggi ini, terdapat plato yang diberi nama Lakshmi Planun yang lebarnya 2.000 km. Daerah Ishtar Terra ini juga memiliki pegunungan tertinggi diseluruh Venus, bernama pegunungan Maxwell yang mencapai tinggi 12 km dari jari-jari rata-rata Venus. Selain itu, disebelah selatan Ishtar Terra terdapat pegunungan cukup tinggi bernama Alpha dan Betha Regio. Selain terdapat dataran-dataran tinggi dan pegunungan di Venus terdapat juga lembah-lembah yang cukup luas, misalnya Atalanta Planitia, Sedna Planitia, Guinevere Planitia, dan masih ada beberapa lainnya.

Pesawat-pesawat angkasa Venera 15 dan 16 mengamati adanya bentuk bentuk topografi lain, yaitu kawah-kawah akibat jatuhnya meteorit ke permukaan Venus. Kedua planet angkasa ini menemukan kira-kira 150 kawah dengan diameter berkisar antara 20-140 km. Kawah terbesar yang sudah ditemukan berdiameter 142 km dan diberi nama Klenova.

Pada tahun 1967, Venera 4 berhasil mengirimkan data dari dalam atmosfer Venus, dan pada saat yang sama, Mariner 5 mengukur kuat medan magnet Venus. Berbagai peluncuran terus dilakukan. Hal ini semakin menambah banyak pengetahuan kita tentang Venus, seperti Mariner 10 yang berhasil memotret puncak-puncak awan Venus dalam panjang gelombang ultra ungu. Selain itu juga didapati bahwa angin di atmosfer Venus ini memiliki kecepatan yang sangat tinggi.

Pesawat-pesawat angkasa Venera 13 dan 14 berhasil mendarat di permukaan Venus. Dari data yang dikirimkan pesawat-pesawat ini, didapati bahwa Venus adalah planet yang sangat tidak nyaman untuk di diami makhluk hidup. Venus memiliki temperature permukaan 475°C. Tekanan atmosfer di permukaannya 90 kali tekanan udara yang diterima permukaan  laut di Bumi. Hal ini menyebabkan setelah sampai di permukaannya pesawat-pesawat angkasa Venera hanya sebentar saja mampu mengirimkan data ke permukaan bumi. Venera 13 hanya bertahan 6 menit dan Venera 14 hanya bertahan 3,5 menit karena sesudah itu mereka terpanggang oleh panasnya permukaan Venus yang mampu melelehkan timah hitam.

Atmosfer Venus sangat berbeda dengan atmosfer bumi karena jauh lebih tebal dan meluas sampai pada daerah yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di Bumi. Struktur awannya membuat permukaan Venus tidak mungkin dilihat dari luar atmosfer selain menunggu nakan radar. Akibatnya, permukaan Venus ini baru dapat dipetakan pada tahun 1989 dengan diluncurkannya waha Magellan.

Meskipun permukaannya sangat tidak nyaman untuk didatangi, namun pada ketinggian sekitar 50 km diatas permukaannya, temperatur dan permukaannya mirip dengan yang ada di bumi (satu-satunya tempat di tata surya yang keadaannya mirip dengan yang ada di bumi), dan ada yang mengatakan apabila manusia bumi ingin melakukan kolonialisasi pada Venus, bagian ini diusulkan menjadi tempat koloni tersebut.

Atmosfer Venus terbagi menjadi beberapa bagian; bagian terbawah adalah troposfer, strastosfer, dan termosfer. Lapisan troposfer terdapat sampai pada ketinggian 65 km dari permukaan Venus, dan stratosfer sampai pada ketinggian 95 km, dan diatasnya terdapat lapisan termosfer dan eksosfer yang ketinggian sampai ke batas atmosfer Venus pada jarak 220-250 km dari permukaan Venus.

Komponen utama atmosfer Venus adalah Karbon dioksida (pertama diamati pada tahun 1932) ditambah sejumlah kecil nitrogen. Walaupun jumlah nitrogen relativ kecil jika dibandingkan dengan jumlah karbon dioksida yang ada di atmosfer Venus, tetapi jumlah nitrogen di kedua planet ini hampir sama. Ini karena atmosfer Venus jauh lebih mampat dibandingkan dengan atmosfer bumi. Tekanan atmosfer Venus dipermukaannya 92 kali tekanan atmosfer bumi pada permukaannya, dan ini sama dengan tekanan yang ditemui pada kedalaman 910 m di bawah permukaan laut. Atmosfer yang tebal ini juga membuat temperatur siang dan malam hari tidak terlalu banyak berbeda meskipun rotasi Venus yang lambat membuat satu hari Venus berlangsung selama 243 hari bumi.

7.      Bagian-bagian lapisan Bumi

Pusat bumi terdiri dari inti padat yang sebagian besar terdiri dari besi, sejumlah kecil nikel, dan unsur-unsur lainnya. Inti terdiri dari inti dalam dan inti luar. Inti luar berupa lelehan dengan suhu mendekati 3.360°C. Inti dalam mempunyai suhu lebih tinggi, mendekati 4.530°C, tetapi dipercaya berbentuk padat, atau cenderung berprilaku padat, disebabkan oleh intensitas tekanan yang dialaminya. Para ilmuan memperkirakan tekanan yang diterima inti dalam lebih banyak 4-5 juta kali daripada tekanan yang kita alami dipermukaan bumi. Bersama-sama, inti dalam dan inti luar menempati 33,5 % dari massa bumi. Mantel berada dibagian atas dari inti luar, menempati 66 % massa bumi. Mantel pada umumnya berbentuk padat. Namun, dengan suhu lebih dari 1.300°C, mantel dapat berubah bentuk secara berlahan-lahan. Lapisan akhir adalah kerak. Lapisan ini membentang diatas mantel bumi dan jauh lebih tipis dibandingkan lapisan-lapisan yang lain. Kerak terbagi menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah kerak benua. Kerak benua membentuk daratan dengan kedalaman antara 30 sampai 50 km. Di beberapa tempat, ketebalan kerak ini mencapai20 km atau menyembul ke atas permukaan hingga ketinggian 65 km. Yang kedua adalah kerak transisi. Kerak ini rata-rata mempunyai ketebalan 15 sampai 30 km. Jenis ketiga adalah kerak samudra yang berada dibawah permukaan laut. Kerak ini biasanya lebih tipis, ketebalannya berkisar antara 5 sampai 15 km.

Bumi diselubungi campuran gas yang biasa kita sebut udara. Udara merupakan zat yang sangat penting untuk menunjang kehidupan seluruh makhluk diseluruh bumi. Udara atau atmosfer terdiri dari campuran bermacam-macam gas. Nitrogen merupakan gas yang paling banyak terdapat (78%). Gas yang kelimpahannya berada dibawah nitrogen adalah oksigen (21%), kemudian diikuti dengan gas-gas lain, seperti argon, karbon dioksida, uap air, dan sebagainya. Kelimpahan unsur-unsur dibumi berbeda dengan kelimpahan di planet-planet lain.

Oksigen yang terdapaat di atmosfer bumi erat kaitannya dengan adanya tetumbuhan di bumi. Mereka membangun jaringan-jaringan yang menyusun tubuh mereka dari air dan karbon dioksida dengan melepaskan oksigen melalui proses yang disebut fotosintesis karena mendapatkan tenaganya dari matahari.

Temperatur atmosfer berubah terhadap ketinggian dari permukaan bumi, tetapi pola perubahan ini tidak selalu sama. Berdasarkan pada pola perubahan temperatur terhadap ketinggian ini, para ahli membagi-bagi atmosfer menjadi beberapa lapisan, yaitu lapisan troposfer, stratosfer, termosfer dan eksosfer.

8.      Terjadinya hanyutan benua.

Kerak bumi tidak hanya terdiri dari satu bagianmelainkan terdiri dari sejumlah kepingan raksasa yang bergerak perlahan mengelilingi permukaan planet ini. Kepingan ini disebut lempeng dan digerakkan oleh arus konveksi yang diciptakan oleh panas dari dalam inti. Panas ini mendorong mantel naik ke permukaan dan dapat juga amblas sehingga menyebabkan lempeng diatasnya terus bergerak.

Gagasan bahwa benua-benua mengambang pertama kali diusulkan oleh  Alfred Wegener (1880-1930) pada tahun 1915 dalam bukunya The Origin Of Continents and Oceans. Ia menyatakan bahwa semua benua bergerak relative satu sama lain dengan kecepatan beberapa cm/tahun. Pada awalhnya, gagasan Wegener tidak diterima masyarakat ilmiah pada waktu itu, tetapi dengan semakin banyaknya bukti yang terkumpul, akhirnya teori ini dikena; dengan teori tektonik lempeng menjadi satu-satunya teori yang paling memuaskan.

Memperhatikan peta dunia, khususnya Benua Amerika Selatan dan Afrika, kita akan melihat bahwa jika kedua benua itu disatukan akan cocok seperti pada permainan jigsaw puzzle. Hal ini memunculkan dugaan bahwa kedua benua itu dulu mungkin pernah bersatu. Kenyataannya memang demikian setelah para ahli menemukan fosil-fosil sejenis yang ditemukan di Afrika bagian selatan dan Brasil.
Berdasarkan para ahli menggunakan data medan magnet dan struktur geologi dari berbagai tempat di seluruh dunia akhirnya ditetapkan bahwa lempeng-lempeng tektonik utama yang ada di seluruh dunia adalah;
·         Lempeng Afrika, lempeng benua,
·         Lempeng Antartika, lempeng benua,
·         Lempeng Australia, lempeng benua
·         Lempeng Erasia, lempeng benua
·         Lempeng Amerika (meliputi Amerika Utara dan Siberia Timur Laut), lempeng benua,
·         Lempeng Amerika Selatan, lempeng benua,
·         Lempeng Pasifik, lempeng samudra.

Disamping lempeng-lempeng utama ini juga terdapat lempeng-lempeng kecil, yaitu Lempeng India, Lempeng Arab, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, dan Lempeng Scotia.

Ada tiga cara bagaimana lempeng-lempeng ini bergerak satu sama lain,yaitu saling bertumbukan, bergesekkan satu sama lain, atau bergerak saling menjauh. Pada lempeng yang bergesekkan,gaya gesekkan ini akan mengakibatkan gaya tegangan yang energy potensialnya semakin meningkat, dan pada suatu saat akan dilepaskan lalu muncul gempa bumi.

Pada lempeng yang bergerak saling menjauhkan diri, perbatasan kedua lempeng ini merupakan tempat  munculnya lapisan-lapisan baru pembentuk permukaan yang datang dari dalam bumi.

Untuk lempeng-lempeng yang bergerak saling mendekat, hasil proses tumbukan ini berbeda, bergantung pada litosfer yang saling bertumbukan ini. Bilamana suatu lempeng samudra yang mampat bertumbukan dengan lempeng benua yang kurang mampat, lempeng samudra akan bergerak kebawah lempeng benua karena lempeng benua memiliki daya apung yang lebih besar dan membentuk suatu daerah penunjaman (subduction zone). Gejala ini tampak sebagai suatu palung pada daerah lempeng samudra dan pegunungan pada lempeng benua.

Bilamana dua lempeng samudra saling bertumbukkan, maka muncullah satu busur pulau gunung api akibat melelehnya lempeng yang mengalami penunjaman.

Dengan menelusur ke belakang pada proses pergerakkan lempeng ini, para ahli menyimpulkan bahwa Benua Afrika dan Amerika Selatan bersatu sekitar 250 juta tahun yang lalu. Bukan hanya Amerika Selatan saja yang bersatu, tetapi semua benua bergabung menjadi satu benua raksasa yang bernama Pangaea dan dikelilingi lautan maha luas yang diberi nama Panthalassa.Proses pecahnya benua-benua dimulai dengan memisahkan Lempeng Erasia dan Amerika Utara yang waktu bersatu dinamakan Lempeng Laurasia. Bagian lain yang memisahkan diri adalah bagian yang nantinya menjadi Amerika Selatan, Afrika, Antartika dan Australia, dan daerah ini bersama-sama dinamakan daerah Gondwana.

Pergerakan benua sulit teramati dalam kurun waktu kehidupan manusia karena begitu lambatnya. Untuk mengamati pergerakan ini diperlukan kesabaran dan ketelitian amat tinggi. Pada tahun 1971 dan tahun 1992, NASA meluncurkan satelit yang bernama LAGEOS (Laser Geodynamic Saatellite). Satelit ini dilengkapi alat yang mampu mengamati pergerakan kerak bumi. Secara berkala, satelit ini merekam situasi bumi pada waktu-waktu tertentu karena dirancang untuk kuat bertahan selama 8 juta tahun di angkasa. Dimasa yang akan datang, anak cucu kita akan dapat mengamati perkembangan pergerakkan kerak bumi dari waktu ke waktu.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Planet Merkurius dan Venus memiliki nama atau julukan masing-masing yang berdasarkan pada dewa-dewa pada masa itu. Merkurius dan Venus merupakan dua buah planet yang dapat kita lihat dengan mata telanjang. Permukaan Planet Merkurius didominasi oleh logam sebanyak 70% dan kandungan zat besinya merupakan yang terbesar diseluruh tata surya. Merkurius ternyata mirip bulan yang permukaannya terdapat kawah-kawah akibat bombarden. Secara garis besar, permukaan Merkurius memiliki dua macam daerah, yaitu daerah yang dipenuhi dengan kawah, dan daerah dataran tanpa kawah. Daerah penuh kawah ini meliputi 80% dari daerah yang dapat diamati Mariner 10.

Venus didominasi oleh permukaan datar dan lereng-lereng. Hanya 10% luas permukaan Venus berupa dataran tinggi yang mirip dengan benua-benua yang ada dipermukaan Bumi. Bentuk permukaan yang menonjol adalah adanya dua dataran tinggi yang kemudian diberi nama Aphrodite Terra dan Ishtar Terra.

Atmosfer Venus sangat berbeda dengan atmosfer bumi karena jauh lebih tebal dan meluas sampai pada daerah yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di Bumi. Struktur awannya membuat permukaan Venus tidak mungkin dilihat dari luar atmosfer selain menunggu nakan radar. Akibatnya, permukaan Venus ini baru dapat dipetakan pada tahin 1989 dengan diluncurkannya waha Magellan. Tetapi pada ketinggian sekitar 50 km diatas permukaannya, temperature dan permukaannya mirip dengan yang ada di bumi (satu-satunya tempat di tata surya yang keadaannya mirip dengan yang ada di bumi), dan ada yang mengatakan apabila manusia bumi ingin melakukan kolonialisasi pada Venus, bagian ini diusulkan menjadi tempat koloni tersebut. Atmosfer Venus terbagi menjadi beberapa bagian; bagian terbawah adalah troposfer, strastosfer, dan termosfer.

Bumi diselubungi campuran gas yang biasa kita sebut udara. Nitrogen merupakan gas yang paling banyak terdapat (78%). Gas yang kelimpahannya berada dibawah nitrogen adalah oksigen (21%), kemudian diikuti dengan gas-gas lain, seperti argon, karbon dioksida, uap air, dan sebagainya. Kelimpahan unsur-unsur dibumi berbeda dengan kelimpahan di planet-planet lain.

Berdasarkan pada pola perubahan temperatur terhadap ketinggian ini, para ahli membagi-bagi atmosfer menjadi beberapa lapisan, yaitu lapisan troposfer, stratosfer, termosfer dan eksosfer.

Pusat bumi terdiri dari inti padat yang sebagian besar terdiri dari besi, sejumlahkecil nikel, dan unsur-unsur lainnya. Inti terdiri dari inti dalam dan inti luar. Kerak bumi tidak hanya terdiri dari satu bagian melainkan terdiri dari sejumlah kepingan raksasa yang bergerak perlahan mengelilingi permukaan planet ini. Kepingan ini disebut lempeng dan digerakkan oleh arus konveksi yang diciptakan oleh panas dari dalam inti. Panas ini mendorong mantel naik ke permukaan dan dapat juga amblas sehingga menyebabkan lempeng diatasnya terus bergerak. Ada tiga cara bagaimana lempeng-lempeng ini bergerak satu sama lain,yaitu saling bertumbukan, bergesekkan satu sama lain, atau bergerak saling menjauh. Pada lempeng yang bergesekkan,gaya gesekkan ini akan mengakibatkan gaya tegangan yang energy potensialnya semakin meningkat, dan pada suatu saat akan dilepaskan lalu muncul gempa bumi.

B.     Penutup

Demikianlah makalah yang dapat kami tuliskan. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena iktu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, kemudian kritik dan saran kami harapkan untuk menyempurnakan makalah-makalah kami yang selanjutnya. Meskipun makalah ini jauh dari kesempurnaan, semoga makalah inni tetap dapat member manfaat dan keberkahan kepada kita semua. Amiin…







DAFTAR PUSTAKA

Susiloningtyas, Dewi, Dartoyo, Ary, Kartika, Emmy, E.encyclopedia Sains, jilid 1 ( Jakarta : PT Lentera Abadi)
Admiranto, A. Gunawan, Menjelajahi Tata Surya, ( Yogyakarta : Kansius, 2013)
Hambali, Slamet, Pengantar Ilmu Falak, ( Banyuwangi : Bismillah Publisher, 2012)
Kerrod,Robbin, Astronomi, ( Jakarta : Penerbit Erlangga, 2013)
Wulandari Damaring Tyas, Raharjo Broto, E.encyclopedia Sains, ( Jakarta : Penerbit Erlangga, 2011 )





 Robbin Kerrod, Astronomi, hlm;124
 A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;46
 Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, hlm;125
A. Gunawan Admiranto, Ibid
Slamet Hambali, Op.cit, hlm;124
A. Gunawan Admiranto, Op.cit, hlm;46
 Robbin Kerrod, ibid
 Robbin Kerrod, Op.cit, hlm;125                                                                        
 A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;46-49
 A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;50
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, hlm;126
 A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;51
 A. Gunawan Admiranto, ibid
 Damaring Tyas Wulandari, Broto Raharjo, E.encyclopedia Sains, hlm;174
 A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm; 51-53
 A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm; 53
 Robbin Kerrod, Astronomi, hlm 126
 Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, hlm;127
 A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;57
 A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm; 61-62
A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;63-64
A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;67-68
 Dewi Susiloningtyas, Ary Dartoyo, Emmy Kartika, Ensiklopedia Geografi, hlm;125      
 A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;84
 A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;86-88
 Dewi Susiloningtyas, Ary Dartoyo, Emmy Kartika, Ensiklopedia Geografi, hlm;127
 A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, hlm;81-84

0 komentar:

Post a Comment

Others

Wikipedia

Search results

------------------------------------

Powered by Blogger.